Kamis, 29 September 2016

Infeksi Nosokomial



Infeksi Nosokomial (Nosocomial Infections atau Hospital-Acquired Infections) adalah suatu infeksi yang diperoleh/dialami pasien selama dia dirawat di rumah sakit dan infeksi itu tidak ditemukan/diderita pada saat pasien masuk rumah sakit
Infeksi Nosokomial sangat nyata merupakan penyebab kesakitan dan kematian. Infeksi nosokomial dapat terjadi oleh karena tindakan instrumenisasi ataupun intervensi pada saat dirawat di rumah sakit, misalnya pemasangan kateter, infus, tindakan-tindakan operatif lainnya.
Infeksi oportunistik terjadi pada penderita yang mengalami immuno compromise yang dirawat di rumah sakit, infeksi biasa berasal dari luar dan dari dalam penderita sendiri yang disebabkan oleh kerusakan barier mukosa.
Infeksi nosokomial transmisi berasal dari dokter, perawat dan pelayan medik yang lain bisa berasal dari tangan yang tidak steril, infeksi dari makanan, minuman atau ventilasi, kateter dan alat endoscope ataupun tindakan invasif yang lain.
Infeksi Nosokomial mempunyai angka kejadian 2 – 12% (rata-rata 5%) dari semua penderita yang dirawat di rumah sakit. Angka kematian 1-2 % dari semua kasus yang dirawat di rumah sakit di USA 1,5 juta pertahun dan meninggal 15.000 orang.
Organisasi utama yang menyebabkan infeksi nosokomial meliputi Pseudomonas aeruginosa (13%), Staphylococcus aereus (12%), staphylococcus koagulase-negatif (10%), Candida (10%), enterococci (9%), dan enterobacter (8%). Di negara berkembang angka kejadian infeksi Nosokomial belum bayak diketahui dengan pasti (Siregar, 2004).
Tempat ketika pasien ditangani mempunyai suatu pengaruh penting pada kemungkinan infeksi yang diperolehnya serta pada sifat infeksi demikian. Suatu keragaman mikroorganisme yang luas, termasuk strain virulen, mungkin ditemui dalam rumah sakit tempat banyak orang, termasuk beberapa dengan infeksi, dikumpulkan. Organisme ini kemungkinan mencakup sebagian besar bakteri resisten antibiotika yang dapat tumbuh dengan subur yang penggunaan antibiotika ditujukan untuk penindasan bakteri yang peka.
            Berbagai lokasi rumah sakit yang berbeda mempunyai bahaya infeksi tersendiri. Dalam meja bedah, terdapat suatu bahaya khusus infeksi luka karena pemaparan sering dalam beberapa jam dan jaringan yang rentan, dan kehadiran sejumlah kemungkinan sumber manusia serta benda mati. Dalam ruangan, pasien dapat terpapar pada kontaminan untuk beberapa minggu, luka bedah terbuka, biasanya dilindungi oleh suatu bentuk tutup. Walaupun hal ini tidak sempurna pada banyak pasien, terutama pasien dengan drainase (suatu bahan kasa atau selang karet untuk mengeluarkan cairan keluar dari suatu luka atau rongga).
Bahaya khusus terdapat dalam ruang neonatus melalui kemungkinan kontaminasi makanan, alat penyedotan dan resusitasi (usaha menghidupkan kembali dengan nafas buatan atau pijat dan rangsang jantung), dll., dan karena penanganan bayi yang sering dan berbagai masalah yang sama terdapat dalam unit pelayanan intensif dan ruang perawatan luka bakar. Dalam rumah sakit penyakit infeksi, terdapat suatu bahaya khusus infeksi rumah sakit dengan agen penyakit menular akut. Suatu tujuan dalam pengendalian infeksi rumah sakit adalah untuk memaparkan semua pasien kepada lingkungan yang paling sedikit bebas dari bahaya mikrobia, seperti yang mereka dapati di luar rumah sakit.

Apakah Demam Thypoid Itu?

Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii, yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii (Hidayat, 2006).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii   ( Arief Mansjoer, 2000).
Penyebab typhoid adalah Salmonella thypii. Salmonella para typhi A, B dan C. Ada dua sumber penularan Salmonella thypii yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella thypii dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
Salmonella  Thyposa merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Di Indonesia, thypoid terdapat dalam keadaan endemik. Pasien anak yang ditemukan berumur di atas satu tahun. Sebagian besar pasien yang dirawat dibagian Ilmu Kesehatan Anak  FKUI-RSCM Jakarta berumur diatas 5 tahun (Ngastiyah 2005).
Masa inkubasi typhoid  10-20 hari. Klien biasanya mengeluh nyeri kepala dan terlihat lemah dan lesu disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu.
Minggu pertama peningkatan suhu tubuh naik turun. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
Pada gangguan di saluran pencernaan, terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih  kotor  (coated tongue) , ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor.  Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terjadi konstipasi tetapi juga terdapat diare atau normal menurut Ngastiyah  (2005). Umumnya klien mengalami penurunan kesadaran yaitu apatis sampai somnolent, jarang terjadi stupor, koma, atau gelisah kecuali terjadi penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan.
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypii terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella thypii, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
  1.   Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
  2. . Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman)
  3.  Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.


Minggu, 25 September 2016

KENALI PENYAKIT TOKSOPALSMOSIS, APAKAH ITU ?



Toksoplasmosisadalah infeksi pada manusia yang ditimbulkan oleh parasit Toxoplasma gondii (T. gondii), yang keberadaannya cukup umum di seluruh dunia. Orang dewasa dengan tingkat kesehatan baik mungkin tidak memerlukan perawatan medis apa pun untuk sembuh dari serangan toksoplasmosis.

Ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko toksoplasmosis menjadi gangguan kesehatan serius, yaitu: 
  1. Sedang hamil.
  2. Mengonsumsi obat steroid atau imunosupresan.
  3. Mengidap HIV/AIDS.
  4. Sedang menjalani kemoterapi.


Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan diceritakan oleh penderita. Toksoplasmosis memiliki beberapa gejala umum, yaitu:

  1. Pada manusia sehat, yaitu demam tinggi, nyeri otot, kelelahan, radang tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening.
  2. Pada ibu hamil, menyebabkan gangguan kehamilan seperti keguguran, kelahiran mati, atau toksoplasmosis kongenital yang menimbulkan kerusakan otak, hilang pendengaran, dan gangguan penglihatan pada bayi pada saat atau beberapa bulan atau tahun  setelah dilahirkan.
  3. Pada penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, gejala infeksi toksoplasmosis adalah sakit kepala, kebingungan, kurangnya koordinasi tubuh, kejang, kesulitan bernapas, dan gangguan penglihatan.

Infeksi toksoplasmosis disebabkan oleh parasit bernama Toxoplasma gondii (T. gondii). Parasit ini bisa menginfeksi mayoritas hewan dan burung. T. gondii bisa ditemukan pada kotoran kucing yang terinfeksi, serta daging binatang yang terinfeksi.
Karena parasit T.gondii hanya bisa berkembang biak pada kucing liar dan peliharaan, maka hewan tersebut menjadi inang utama darinya. Namun, kucing-kucing yang terinfeksi parasit T. gondii biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala tertentu.
Parasit ini mampu bertahan sampai beberapa bulan hidup di tanah atau air. Ada beberapa cara parasit T. gondii masuk ke tubuh manusia, yaitu:
  1. Mengonsumsi buah-buahan dan sayuran yang tidak dicuci atau minum air yang terkontaminasi kotoran kucing.
  2. Memasukkan tangan yang terkontaminasi tanah atau kotoran kucing ke mulut.
  3. Mengonsumsi daging mentah atau setengah matang.
  4. Menggunakan peralatan yang telah terkontaminasi dengan daging yang terinfeksi, seperti pisau, gunting, dan  talenan bekas daging mentah terinfeksi.
  5. Meminum susu kambing mentah yang terinfeksi  atau produk yang terbuat darinya.
Pengobatan
Kebanyakan kasus toksoplasmosis hanya digolongkan sebagai sakit ringan dan tidak memerlukan adanya perawatan medis. Penderita umumnya bisa pulih total tanpa komplikasi.
Untuk mengobati toksoplasmosis akut pada penderita yang mempunyai gangguan kekebalan tubuh, dokter akan meresepkan beberapa jenis obat yaitu pyrimethamine dan sulfadiazine. Perawatan medis dibutuhkan hanya pada kondisi seperti berikut:
  1. Terkena komplikasi toksoplasmosis.
  2. Sedang dalam masa kehamilan.
  3. Bayi terbukti terinfeksi toksoplasmosis sebelum atau sesudah lahir.
  4. Mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.
Pada ibu hamil yang terinfeksi toksoplasmosis, jika janin belum terkena infeksi, maka dokter akan memberikan antibiotik spiramycin. Jika janin sudah tertular toksoplasmosis, maka dokter biasanya akan meresepkan pyrimethamine dan sulfadiazine.
Pyrimethamine dan sulfadiazine biasanya juga digunakan untuk menangani bayi dengan toksoplasmosis kongenital, sebab bisa mengurangi risiko gangguan kesehatan jangka panjang. Akan tetapi, pengobatan ini tidak bisa memperbaiki kerusakan akibat toksoplasmosis yang sudah terjadi. Jadi biasanya tetap akan ada gangguan yang bersifat jangka panjang dan kambuhan.
Untuk menangani infeksi toksoplasmosis pada penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, umumnya dokter memberikan obat trimethoprim and sulfamethoxazole untuk mencegah berkembangnya gejala-gejala toksoplasmosis. Hal ini karena pada penderita yang bersifat karier, parasit tetap berada di dalam tubuh penderita dalam keadaan tidak aktif. Ketika kekebalan tubuh menurun, parasit akan aktif kembali dan menyebabkan gangguan kesehatan yang serius.
Jika sistem kekebalan tubuh sudah kembali normal, maka pengobatan bisa dihentikan. 
Sumber : 
Subekti, Didik T. 2005. Perkembangan Kasus Dan Teknologi Diagnosis Toksoplasmosis. Yogyakarta: Fkh Ugm. http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/ lkzo05-41.pd